Situs Kampung KB dan Pendidikan Indonesia

Selamat datang di situs Kampung KB "Tumbuh Jaya" Desa Tumbuh Mulia Kecamatan Suralaga Lombok Timur NTB. Situs ini berisi 8 pokja Kampung KB seperti Pokja Pendidikan, Keagamaan, Sosial dan Budaya, Ekonomi, Kesehatan Refreduksi, Lingkungan, Perlindungan dan Kasih Sayang. Selain itu juga, berisi tentang administrasi pendidikan seperti Ruang Guru, Materi K13, Aplikasi K13, Program Kerja, Soal Ujian, Artikel Islam, Hiburan dan Katagori yang meliputi pertanian, peternakan dan perikanan. Semoga situs ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat menuju Indonesia sejahtera.

Asal Usul Perayaan Tahun Baru.


Pada kesempatan ini kami berbagi artikel tentang Asal Usul Perayaan Tahun Baru. Ini merupakan salah satu program seksi pendidikan.

Asal Usul Perayaan Tahun Baru

Malam pergantian tahun baru selalu dirayakan dengan penuh suka cita dan kegembiraan. Kembang api, warna-warni, live music, barbeque, berkumpul bersama kerabat seolah menjadi tradisi di setiap tanggal 31 Januari.

Hingga ketika waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 di masing-masing negara, masyarakat di seluruh dunia akan melakukan hirtung mundur untuk menyambut pergantian tahun baru bersama-sama.

Sebenarnya, tahun baru tak melulu harus dirayakan dengan sebuah pagelaran pesta besar atau semacamnya. Namun, seolah sudah tradisi banyak masyarakat di belahan dunia yang melakukannya. Lantas, dari mana awal mula perayaan tahun baru dan siapa pencetusnya? Melansir dari berbagai sumber, Minggu (31/01/2017), perayaan tahun baru kali pertama dilakukan di akhir tahun 45 sebelum masehi (SM).

Kala itu, tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai awal tahun dalam kalender baru buatan Kaisar Romawi Julius Caesar tahun 46 SM. Bukan tanpa tujuan, 1 Januari didedikasikan Julius Caesar untuk Dewa Janus, Dewa segala Gerbang dan Permulaan. Hal ini tercantum dalam The World Book Encyclopedia volume IV yang terbit pada 1984 dalam halaman 237.
Dewa Janus sendiri dipercaya memiliki dua wajah.

Wajah yang satu menghadap ke depan, sementara wajah lainnya menghadap ke belakang. Dewa Janus ini seolah menggambarkan masa lalu dan masa depan. Atas dasar kepercayaan itu, Kaum Pagan hingga kini masih meneruskan tradisi ini dan selalu menyalakan kembang apai di setiap malam tahun baru.

Tak hanya itu, mereka juga membuat api unggun, serta bergandengan tangan mengitarinya. Selanjutnya, membunyikan lonceng dan meniup terompet sebagai pertanda tahun baru telah tiba. Maka dari itu, tak heran jika pergantian malam tahun baru selalu identik dengan pesta kembang api dan terompet. 

Demikian, semoga bermanfaat.
Share:

No comments:

Post a Comment

Jangan nyepam ya!

Hari/Tanggal

ALIH BAHASA

Daftar Isi