Situs Kampung KB dan Pendidikan Indonesia

Selamat datang di situs Kampung KB "Tumbuh Jaya" Desa Tumbuh Mulia Kecamatan Suralaga Lombok Timur NTB. Situs ini berisi 8 pokja Kampung KB seperti Pokja Pendidikan, Keagamaan, Sosial dan Budaya, Ekonomi, Kesehatan Refreduksi, Lingkungan, Perlindungan dan Kasih Sayang. Selain itu juga, berisi tentang administrasi pendidikan seperti Ruang Guru, Materi K13, Aplikasi K13, Program Kerja, Soal Ujian, Artikel Islam, Hiburan dan Katagori yang meliputi pertanian, peternakan dan perikanan. Semoga situs ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat menuju Indonesia sejahtera.
  • Arsip Kampung KB Tumbuh Jaya

    Photo Bersama Pengurus Kampung KB Tumbuh Jaya

  • Lomba Kampung BK

    Dokumentasi penyerahan hadiah juara 1 lomba Kampung KB sekabupaten Lombok Timur di Joben Desa Pesanggarahan kecamatan Montong Gading (Sabtu, 22 Juni 2019).

  • Dokumentasi penyerahan hadiah juara 1 lomba Kampung KB sekabupaten Lombok Timur di Joben Desa Pesanggarahan kecamatan Montong Gading (Sabtu, 22 Juni 2019).

Showing posts with label Kewirausahaan. Show all posts
Showing posts with label Kewirausahaan. Show all posts

Sumber Inovasi Dalam Pengembangan Madrasah.


Pada kesempatan ini, kami berbagi tentang Sumber Inovasi Dalam Pengembangan Madrasah.

Kepala Madrasah sebagai pemimpin tertinggi Madrasah harus menjadi pelopor inovasi. Karena itu kepala Madrasah harus memperluas wawasan dan pengetahuan serta belajar dari pengalaman-pengalaman. Di bawah ini dijelaskan sumber inovasi:

1. Penelitian dan pengembangan
Inovasi dapat dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan (research and development) dan penelian tindakan(action research). 

Penelitian dan pengembangan dan atau penelitian tindakan ini merupakan suatu inovasi yang sistematis menggunakan metode-metode ilmiah. Saat ini kepala Madrasah dan guru didorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan Madrasah (PTS).

2.  Keberhasilan/kegagalan
Keberhasilan/kegagalan, baik dari Madrasah sendiri maupun dari sisi Madrasah lain dapat dijadikan sumber ide bagi sebuah inovasi. Keberhasilan Madrasah dalam meraih prestasi baik ditingkat lokal, regional, nasional, dan internasional dapat menginspirasi untuk membuat inovasi-inovasi pengembangan Madrasah. 

Misalnya, Madrasah berhasil meraih juara 1 Madrasah adiwiyata, untuk tetap bisa mempertahankan maka Madrasah perlu inovasi sehingga lingkungan Madrasah dapat lebih baik. 

Demikian juga kegagalan Madrasah dalam meraih prestasi. Kegagalan dapat menjadi sumber inspirasi inovasi ketika mampu menemukan penyebab kegagalan kemudian mencari strategi baru untuk mencoba kembali, bekerja keras dan pantang menyerah sampai berhasil. Misalnya nilai UN turun atau tidak baik, kepala Madrasah beserta guru bisa berinovasi membuat model dan metode pembelajaran yang lebih efektif.

3. Kebutuhan, keinginan, dan kemampuan masyarakat
Inovasi dapat bersumber dari memperhatikan kebutuhan, keinginan dan masyarakat. Misalnya, orang tua siswa menginginkan anaknya tidak sekedar pandai dalam bidang akademik, namun juga ingin pandai bidang lain maka Madrasah dapat mengembangkan program kegiatan selain akademik. 

Program pengembangan Madrasah juga harus disesuaikan dengan kemampuan orang tua siswa. Semakin tinggi kemampuan orang tua siswa semakin tinggi tuntutannya kepada Madrasah, hal ini mengharuskan Madrasah untuk berinovasi.

4. Persaingan
Persaingan adalah sumber inovasi yang sangat besar. Persaingan antar Madrasah akan mendorong sebuah Madrasah untuk melakukan inovasi. Sebagai contoh, sekarang ini jumlah Madrasah semakin banyak baik swasta ataupun negeri. 

Untuk menarik animo masyarakat Madrasah harus melakukan pengembangan-pengembangan yang inovatif. Berbagai program bisa dikembangkan, sehingga Madrasah mampu menjadi Madrasah unggulan dan favorit.

Selain itu Madrasah harus mampu menyiapkan siswa yang siap bersaing di pasar global. Persaingan global/bebas menuntut sumber daya manusia yang cerdas, trampil, dan berakhlak mulia.

5. Demografi
Perubahan demografi dapat merupakan sumber inovasi untuk menyesuaikan produk- produk yang ada atau membuat produksi yang sama sekali baru. Perubahan demografi meliputi: usia, jenis kelamin, jumlah keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendapatan, kedudukan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan.

6. Perubahan selera
Konsumen dalam hal ini orang tua siswa dan siswa dapat diasumsikan mudah tertarik dengan sesuatu yang baru atau berbeda dari apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. 

Konsumen mempunyai keinginan untuk tampil beda dengan yang lainnya, sesuai dengan selera masing-masing. Madrasah harus cermat memperhatikan selera para konsumen dan perubahannya, untuk segera melakukan inovasi bagi produknya.

7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru
Munculnya ilmu pengetahuan dan teknologi baru untuk memudahkan memproduksi suatu barang atau jasa dapat merupakan sumber inovasi. 

Contoh: dengan adanya komputer maka produksi dalam industri percetakan dan grafika mengalami revolusi. Percetakan dapat menampilkan gambar seperti foto dengan lebih mudah dan cepat. Revolusi ini mengakibatkan perubahan dalam perwajahan kemasan (packaging) suatu barang.

Share:

Pengertian Inovasi dan Kreativitas Dalam Pengembangan Madrasah.


Pada kesempatan ini, kami berbagi tentang Pengertian Inovasi dan Kreativitas Dalam Pengembangan Madrasah.

Pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia berkualitas yang mampu bersaing dan memiliki budi pekerti yang luhur. dan moral yang baik. Penyelenggaraan pendidikan akan berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, oleh sebab itu faktor yang sangat erat kaitannya. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan pendidikan. 

Oleh karena itu, pendidikan akan senantiasa berubah bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Oleh sebab itu perlu diadakan inovasi pendidikan.

Madrasah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan. Madrasah akan terus melakukan inovasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Tanpa inovasi Madrasah tidak akan dapat meraih prestasi yang maksimal. Hal ini karena tuntutan masyarakat semakin tinggi dan persaingan semakin ketat.

Masyarakat dalam hal ini orang tua siswa akan mencari Madrasah yang bisa memenuhi harapannya. Madrasah berprestasi dan unggul adalah madrasah yang secara berkelanjutan melakukan inovasi.

A. Pengertian Inovasi Madrasah

Inovasi adalah salah satu karakter ciri jiwa kewirausahaan. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No 18 tahun 2002). 

Menurut Kotler (1996) inovasi adalah sesuatu yang berkenaan dengan barang, jasa atau ide yang dirasakan baru oleh seseorang. Meskipun ide tersebut telah lama ada, tetapi dapat dikatakan suatu inovasi bagi orang yang baru melihat atau merasakannya. 

Berkaitan dengan dunia pendidikan khususnya Madrasah, inovasi diartikan sebagai suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi warga Madrasah dan stake holder serta masyarakat baik berupa hasil invensi maupun diskoveri untuk mencapai tujuan Madrasah atau memecahkan masalah Madrasah. 

Madrasah dapat melakukan inovasi dalam semua aspek seperti kurikulum, proses belajar mengajar, manajemen, kelembagaan, sarana dan prasarana, guru, siswa, pembiayaan, media pembelajaran, unit produksi Madrasah, dan lain-lain.

B. Prinsip-prinsip Inovasi

Drucker (1985) mengatakan bahwa dalam melakukan inovasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Hal yang harus dilakukan
a. Menganalisis peluang
b. Apa yang harus dilakukan untuk memuaskan peluang
c. Sederhana dan terarah
d. Dimulai dari yang kecil
e. Kepemimpinan

2. Hal yang tidak harus dilakukan
a. Mencoba untuk menjadi yang pandai
b. Mencoba mengerjakan sesuatu yang banyak
c. Mencoba inovasi untuk masa yang akan datang

3. Kondisi
a. Memerlukan ilmu pengetahuan
b. Membangun keunggulannya sendiri
c. Inovasi adalah efek dari ekonomi dan masyarakat

Share:

Pengertian Kewirausahaan dan Manfaatnya Lengkap Pembahasannya.


Pada kesempatan ini, kami berbagi tentang Pengertian Kewirausahaan dan Manfaatnya Lengkap Pembahasannya.

A. Pengertian Kewirausahaan

Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008, hal. 10) mendefinisikan “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi”.

Yusuf (2006) menyatakan bahwa “Wirausaha merupakan pengambil risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif, sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan” (Nasrullah Yusuf, 2006).

Kata kunci dari kewirausahaan adalah:
1. Pengambilan risiko
2. Menjalankan usaha sendiri
2. Memanfaatkan berbagai peluang
3. Menciptakan usaha baru
4. Pendekatan yang inovatif
5. Mandiri (misalnya tidak bergantung pada bantuan pemerintah)


B. Pengusaha, wirausaha, dan penemu

Pengusaha tidak selalu wirausahawan. Sebagai contoh, Pengusaha yang memperoleh fasilitas-fasilitas istimewa baik dalam memenangkan tender maupun kemudahan dalam perizinan karena memiliki saham di suatu perusahaan dan memiliki koneksi tertentu dengan pejabat pemerintah, bukanlah wirausahawan. 

Orang seperti itu tidak lebih dari sekadar pengusaha/pedagang. Pengusaha air minum dalam kemasan dengan merk Aqua, Bapak Tirto Utomo. Dia adalah seorang wirausahawan karena melakukan terobosan baru dalam usaha air minum kemasan yang pada saat itu dikuasai oleh minuman bersoda dan beralkohol. 

Pada awal berdirinya perusahaan Aqua, banyak orang mempertanyakan mengapa air tawar diperjualbelikan padahal biasanya di Indonesia air minum dapat diperoleh secara cuma-cuma. Tetapi, usaha beliau ternyata berhasil dan bahkan kini diikuti oleh banyak perusahaan lain.

Wirausaha berbeda dengan penemu (inventor), yaitu orang yang menemukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia. Misalnya, Thomas Alpha Edison menemukan listrik, dan Einstein yang menemukan atom. 

Mereka tidak dapat disebut wirausahawan jika penemuannya tersebut tidak ditransformasikan oleh mereka sendiri ke dalam dunia usaha. Wirausahawan adalah orang yang memanfaatkan penemuan tersebut ke dalam dunia usaha.


C. Wirausahawan dan Manajer

Wirausahawan berbeda dengan manajer. Meski demikian, tugas dan perannya dapat saling melengkapi. Seorang wirausahawan yang membuka suatu perusahaan harus menggunakan keahlian manajerial (managerial skills) untuk mengimplementasikan misi dalam rangka mencapai visinya. Di lain pihak, seorang manajer harus menggunakan keahlian dari wirausahawan (entrepreneurial skill) untuk mengelola perubahan dan inovasi.

Menurut Kao (1989), secara umum, posisi wirausahawan adalah menempatkan dirinya pada risiko atas guncangan-guncangan dari perusahaan yang dibangunnya (venture). Wirausahawan memiliki risiko atas finansialnya sendiri atau finansial orang lain yang dipercayakan kepadanya saat memulai suatu. Ia juga berisiko atas keteledoran dan kegagalan usahanya. 

Sebaliknya, manajer lebih termotivasi oleh tujuan yang dibebankan dan kompensasi (gaji dan manfaat lainnya) yang akan diterimanya. Seorang manajer tidak toleran terhadap sesuatu yang tidak pasti dan membingungkan, dan kurang berorientasi terhadap risiko dibandingkan dengan wirausahawan. Manajer lebih memilih gaji dan posisi yang relatif aman dalam bekerja.

Wirausahawan memiliki keahlian intuisi dalam mempertimbangkan suatu kemungkinan atau kelayakan dan perasaan dalam mengajukan sesuatu kepada orang lain. Sementara itu, manajer memiliki keahlian yang rasional dan orientasi yang terperinci (rational and detailed-oriented skills).


D. Wirausahawan dilahirkan, dibentuk, atau dipengaruhi lingkungan

Ada perdebatan yang sangat klasik mengenai apakah wirausahawan itu “dilahirkan” (born) yang menyebabkan seseorang mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausahawan ataukah dibentuk atau dicetak (made). 

Sebagian pakar berpendapat bahwa wirausahawan itu dilahirkan, sebagian lagi berpendapat bahwa wirausahawan dapat dibentuk, dengan berbagai contoh dan argumentasinya. Misalnya, Si X tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi kini dia menjadi pengusaha besar nasional. Di lain pihak, kini banyak pemimpin/pemilik perusahaan yang berpendidikan tinggi tetapi reputasinya belum melebihi Si X.

Pendapat lain menyatakan bahwa, wirausahawan dapat dibentuk melalui pendidikan atau pelatihan kewirausahaan. Contohnya, setelah Perang Dunia II, beberapa veteran perang di Amerika belajar berwirausaha. Mereka belajar melalui pendidikan atau pelatihan, baik secara singkat maupun berjenjang. 

Dengan modal pengetahuan dan fasilitas lainnya, mereka berwirausaha. Samuel Whalton pendiri Walmart yang kini menjadi retailer (pengusaha eceran) terbesar dunia adalah veteran yang memulai usahanya pada usia 47 tahun. Ross Perot pendiri Texas Instrument yang pernah mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika dari partai independen, juga adalah seorang veteran yang berhasil dibentuk menjadi wirausahawan.

Ada juga pendapat bahwa seseorang menjadi wirausahawan karena lingkungan. Misalnya, banyak orang WNI keturunan menjadi wirausahawan yang sukses karena mereka hidup di lingkungan para wirausahawan atau pelaku usaha. Pendapat yang sangat moderat adalah tidak mempertentangkan antara apakah wirausahawan itu dilahirkan, dibentuk atau karena pengaruh lingkungan. 

Pendapat tersebut menyatakan bahwa untuk menjadi wirausahawan tidak cukup hanya karena bakat (dilahirkan) atau hanya karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil adalah wirausahawan yang memiliki bakat dan selanjutnya dibentuk melalui pendidikan atau pelatihan, dan hidup di lingkungan yang berhubungan dengan dunia usaha.

Seseorang meskipun berbakat sebagai wirausaha tetapi tidak dibentuk melalui pendidikan/pelatihan, tidak akan mudah untuk menjadi wirausaha pada masa kini. Dunia usaha pada era sekarang menghadapi berbagai permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan era sebelumnya. 

Sebaliknya, orang yang bakatnya belum terlihat atau mungkin masih terpendam, jika ia memiliki minat dengan motivasi yang kuat, akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi wirausahawan. 

Bagi yang ingin mempelajari kewirausahan, hendaknya jangan mencemaskan soal berbakat atau tidak. Yang penting adalah minat dan motivasi yang kuat untuk belajar berwirausaha.


E. Manfaat mempelajari kewirausahaan

Mempelajari pengetahuan dan praktik kewirausahaan membawa sejumlah manfaat yang akan memberikan kita pilihan karier untuk menjadi:
1. Wirausahawan (entrepreneurs)
2. Wiramanajer (intrapreneurs)
3. Wirakaryawan (innopreneurs)
4. Ultramanajer (ultrapreneur)
5. Pendidik/pemikir

Jika wirausahawan adalah orang yang menjalankan usahanya sendiri, maka wiramanajer adalah orang yang memiliki kemampuan sebagai wirausahawan tetapi tidak menjalankan usaha sendiri melainkan menjalankan usaha atau memimpin usaha orang lain. 

Wiramanajer adalah manajer yang mengimplementasikan ide-ide wirausahawan menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi organisasi/perusahaan (Pinchott III, 1985). Tanri Abeng yang pernah menjadi Manajer Bakri Group dan PT Multi Bintang adalah contoh seorang wiramanajer yang berhasil.

Wirakaryawan adalah para karyawan yang memiliki kemampuan sebagai wirausahawan, tetapi karena sebab-sebab tertentu mereka memilih untuk bekerja di suatu perusahaan/organisasi. Mereka adalah karyawan dari segala lapisan manajemen yang dapat mengimplementasikan ide-ide yang inovatif di dalam struktur perusahaan yang ada (Lynn dan Lynn, 1992).

Ultramanajer adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membuka bidang usaha baru di berbagai tempat dengan pendekatan yang inovatif.

Pendidik/pemikir. Belajar kewirausahaan dapat pula dimanfaatkan untuk menjadi pendidik atau pemikir dalam kewirausahaan. Mereka adalah orang-orang yang mempelajari kewirausahaan tetapi bukan bermaksud untuk menjadi pelaku yang berhubungan dengan kewirausahaan, melainkan untuk kepentingan pendidikan atau menganalisis sesuatu yang membutuhkan pengetahuan tentang kewirausahaan. 
Share:

Contoh Program Jangka Panjang dan Pendek Kewirausahaan Tahun 2020.


Pada kesempatan ini, kami berbagi tentang Contoh Program Jangka Panjang dan Pendek Kewirausahaan Tahun 2020.

Berikut Contoh Program Jangka Panjang dan Pendek Kewirausahaan Tahun 2020 secara detail.

Contoh Program Jangka Panjang dan Pendek Kewirausahaan Tahun 2020

1. Program Jangka Panjang
Penyelenggaraan kantin sehat MTs. NW Boro’ Tumbuh yang diikuti oleh siswa secara berkala dua kali seminggu.

2. Program Jangka Pendek
a. Program penjualan stiker, pin, gantungan, notes dan souvenir sejenis yang desainnya melambangkan MTs. NW Boro’ Tumbuh pada event-event tertentu seperti Pesta Putih Hitam, Festival Drama, Penerimaan Siswa Baru, Extracurricular Competition ( X.Com ) dan acara sejenis lainnya di MTs. NW Boro’ Tumbuh .

b. Pembuatan sampul buku MTs. NW Boro’ Tumbuh pada tahun ajaran baru 2016/2017

c. Pengadaan radio sekolah sebagai sarana informasi dan penyaluran bakat siswa di bidang broadcasting

d. Penjualan hasil karya keterampilan siswa

e. Pengadaan sponsor dalam pembiayaan acara-acara MTs. NW Boro’ Tumbuh

f. Pembuatan rompi pengurus OSIS 2016/2017

g. Koordinasi penyeragaman jilbab siswi berjilbab MTs. NW Boro’ Tumbuh.

h. Pembiayaan 10% administrasi lomba yang diikuti atas nama MTs. NW Boro’ Tumbuh.

i. Pengusahaan hak atas 10% hadiah uang yang dimenangkan dari lomba yang diikuti atas nama MTs. NW Boro’ Tumbuh.

j. Perlombaan membuat barang-barang daur ulang. 

Kegiatan-kegiatan:

1. Pengadaan Stan Penjualan Suvenir 17 dalam Kegiatan Siswa
Stan penjualan sovenir khas MTs. NW Boro’ Tumbuh didirikan dengan maksud untuk menyediakan souvenir khas tiap-tiap kegiatan kesiswaan di SM A Plus Negeri 17 dengan desain souvenir dibuat oleh Sekbid VI. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan dapat memiliki kesan lebih terhadap suatu kegiatan di MTs. NW Boro’ Tumbuh. Selain itu, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan OSIS. 

2. Penyeragaman Jilbab
Kegiatan penyeragaman jilbab adalah salah satu upaya meningkatkan disiplin berseragam siswa-siswi MTs. NW Boro’ Tumbuh terkhusus siswi yang mengenakan jilbab. Pengadaan jilbab akan diusahakan oleh OSIS dan dijual di koperasi sekolah.

3. Penyeragaman Sampul Buku
Kegiatan penyeragaman sampul buku adalah salah satu upaya peningkatan kerapian siswa melalui penyampulan buku dimana sampul memiliki ciri 17 . OSIS menyediakan beberapa desain untuk beberapa ukuran buku, baik buku tulis maupun buku pelajaran. 

4. Koperasi Sekolah
Koperasi adalah ciri khas perekonomian Bangsa Indonesia. Melalui koperasi sekolah yang menyediakan barang-barang kebutuhan siswa, siswa diharapkan mendapat kemudahan untuk memenuhi kebutuhannya selama di sekolah. Koperasi sekolah diusahakan oleh pihak sekolah dan OSIS. 

5. Sponsorship
MTs. NW Boro’ Tumbuh selain terkenal akan kualitas dan kuantitas prestasi akademik siswanya yang beragam, MTs. NW Boro’ Tumbuh juga terkenal akan kegiatan siswanya yang seabrek dan padat. Kegiatan pesta akhir tahun semacam Pesta Putih Hitam dan Festifal Drama atau kegiatan ekskul seperti X.Com, Pengukuhan Ekstrakulikuler, dan Temu Kreatif Ekskul tentu saja membutuhkan dana penyelanggaraan yang tidak sedikit. 

Untuk itu, selain didapat dari kas OSIS, sumbangan siswa dan dana sekolah, OSIS MTs. NW Boro’ Tumbuh juga berusaha untuk mendapatkan dana dari sponsor perusahaan swasta, BUMN, dan lembaga pemerintah yang bersedia membantu kegiatan kesiswaan MTs. NW Boro’ Tumbuh. 
6. 10% hak dan kewajiban
Kreativitas dan bakat siswa MTs. NW Boro’ Tumbuh yang berkualitas dan berkuantitas tentu tidak boleh untuk dibiarkan begitu saja. Melalui kas OSIS, siswa yang akan mengikuti kompetisi di luar sekolah akan difasilitasi untuk mendapat bantuan dana untuk mengikuti kegiatan perlombaan sebesar 10% dari total dana yang dibutuhkan. 

Sebagai feedback, apabila siswa yang bersangkutan menjuarai kompetisi tersebut, siswa memberikan 10% dari total hadiah uang yang dimenangkan. 
7. Recycling Competition
Krativitas dalam salah satu modal utama untuk mengatasi tantangan global. Untuk itu, OSIS MTs. NW Boro’ Tumbuh, membuat suatu kegiatan kesiswaan berupa kompetisi antarkelas dimana setiap kelas dituntut untuk dapat memodifikasi barang bernilai sampah dan tidak berguna menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai tinggi. 
Share:

Kajian Teori dan Bahasan Hakikat Kreativitas dan Inovasi dalam Kewirausahaan.


Kreativitas merupakan salah satu aset organisasi yang terbesar di tempat kerja, misi setiap kegiatan dan pusat keberhasilan organisasi (Kilby, 2001). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kreativitas merupakan esensi dan orientasi pengembangan sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004b). 

Kreativitas dapat mencirikan perkembangan dan keunggulan daya saing organisasi (Ford dan Gioia, 2000). Kreativitas merupakan ramuan dalam pelayanan publik, pengembangan produk dan strategi serta berbagai proses dan perilaku yang lebih baik, unik, baru, asli, berbeda atau bermanfaat. Kreativitas mendasari semua praktik organisasi tanpa memandang rutinitasnya (DeGraff, 2003). 

Kreativitas terlihat melalui gagasan, produk, pelayanan, usaha, mode atau model baru yang dihasilkan dan perilaku yang diperankan oleh individu, kelompok dan organisasi. 

Tujuan akhir pengembangan kreativitas dalam organisasi ialah menciptakan berbagai bentuk nilai (manfaat), termasuk pertumbuhan, produktivitas, efektivitas, efisiensi dan inovasi. Sejumlah pakar sepakat bahwa kreativitas merupakan salah satu dimensi pengukuran kinerja organisasi selain efisiensi, efektivitas dan kepuasan kerja (Kasim, 1998; Scott dalam Eoh, 2001; French et al, 2000). Kreativitas bersifat alamiah, dapat dikembangkan dan berlangsung seumur hidup (Kilby, 2001; Akib, 2005).

Pada mulanya, kreativitas hanya dipahami sebagai proses berpikir dengan menggunakan teknik berpikir kreatif (Ivanyi dan Hoffer, 1999). Kreativitas diartikan sebagai proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk melahirkan gagasan baru, asli, unik, berbeda atau bermanfaat (Couger, 1996; Linberg, 1998; Oldham dan Cummings, 1996). 

Saat ini, kreativitas juga dipahami sebagai kemampuan melahirkan, mengubah dan mengembangkan gagasan, proses, produk, mode, model dan pelayanan serta perilaku tertentu. Dalam definisi kreativitas terkandung ciri keaslian (baru, tidak lazim, tidak terduga) dan potensi utilitas (berguna, baik, adaptif, sesuai) gagasan, produk, mode atau model dan proses yang dihasilkan serta perilaku yang diperankan oleh aktornya. Ciri kreativitas dideskripsikan dalam pendekatan atau model 4-P Kreativitas, yakni Produk, Proses, Person (perilaku individu dan kelompok) dan Pers (lingkungan) kreatif (Bostrom dan Nagasundaram, 1998; Barlow, 2000; Henry, 1991).

Fokus tulisan ini diarahkan pada person atau perilaku individu dan kelompok kreatif dalam menciptakan produk, proses dan pers atau lingkungan kreatif. State of the science kreativitas (Anderson et al, 2003) termasuk ke dalam bidang studi manajemen sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004b; Timpe, 2000) dan perilaku organisasi (Szilagyi Jr dan Wallace Jr, 1990; Robbins, et.al. 1994) yang dikaji pada tingkat individu, kelompok dan organisasi. 
    Perspektif tersebut diakui oleh Boon (1997) bahwa fenomena kreativitas dan proses kreatif merupakan objek kajian yang sangat luas, namun sedikit sekali hasil penelitian ilmiah dalam areal transfer konsep kreativitas ke dalam perilaku organisasi, sementara kreativitas dan proses kreatif sangat krusial bagi pengembangan individu, tim, organisasi dan masyarakat.

    Dalam konteks persekolahan, seorang (calon) kepala sekolah tidak cukup hanya memiliki kreativitas yang tinggi, melainkan juga harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk melaksanakannya. Untuk melaksanakan ide-ide baru tersebut diperlukan kemampuan inovatif yang merupakan konsep pembaharuan baik sistem, prosedur dan cara maupun aturan untuk menghasilkan produk, proses, perilaku dan lingkungan kreatif yang optimal. 

    Seorang kepala sekolah yang inovatif harus mampu melahirkan cara baru untuk “menerapkan” ide kreatifnya sehingga berdaya guna dan berhasil guna bagi lembaganya. Dalam implementasi praktis kreativitas dapat dilakukan mulai dari lingkungan (kecil) di dalam kelas sampai pada manajemen sekolah yang lebih kompleks.

    Berdasarkan pemahaman konsep kreativitas tersebut inovasi dipahami sebagai proses penerapan kreativitas secara faktual ke dalam kehidupan sehari-hari. Inovasi merupakan proses pengenalan cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal dalam lembaga pendidikan (sekolah). 

    Dengan definisi yang lebih kompleks, inovasi merupakan pengenalan dan penerapan ide, proses, produk atau prosedur baru secara sengaja dalam suatu pekerjaan, tim kerja atau organisasi pendidikan dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih baik dan menguntungkan bagi tim kerja atau lembaga tersebut.

    Ada hubungan erat antara konsep kreativitas dan inovasi yang keduanya sangat diperlukan dalam mengembangkan sekolah. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan pisau tajam yang tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi tanpa dilandasi kreativitasi tidak menghasilkan sesuatu yang baru bagi organisasi sekolah. 

    Kreativitas umumnya akan terlihat pada proses kognitif seseorang, di mana pikiran dan ide-ide kreatifnya terlihat dalam proses, perilaku, produk dan lingkungan pembelajaran. Misalnya, strategi pembelajaran kreatif dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungannya (contextual learning) atau penataan ruangan kelas yang memungkinkan peserta didik mendapatkan akses yang sama dengan guru atau sumber belajar lainnya atau pola administrasi kelas dengan pola komputerisasi.

    Pada tataran implementasi, inovasi terbatas pada usaha sengaja (sadar) untuk memperoleh keuntungan atau hasil yang lebih baik dengan melakukan perubahan, di mana perubahan tersebut meliputi aspek ekonomis, pengembangan pribadi, kepuasan kerja, kohesi kelompok dan komunikasi organisasional (lembaga sekolah) yang lebih baik, maupun produktivitas, efisiensi, efektivitas dan profitabilitas kelembagaan. 

    Inovasi tidak selalu berwujud perubahan radikal lembaga pendidikan namun dapat berupa perubahan kecil dan sederhana yang melibatkan berbagai komponen sekolah. Inovasi tidak harus didominasi perubahan dengan teknologi tinggi, namun sentuhan teknologi hanyalah merupakan salah satu faktor inovasi dalam mengelola sekolah. Contoh, dikenalkannya layanan pendidikan yang lebih menekankan pada faktor potensi/kemampuan anak dengan melakukan pembelajaran semi-individual (tidak selalu klasikal). 

    Ilustrasi lain yang lebih canggih dapat dilakukan melalui pengenalan layanan pendukung komputer baru di sekolah. Inovasi bisa juga ditemukan dalam perubahan administratif sekolah dengan menerapkan model database baik untuk guru dan siswa maupun tenaga pendukung sekolah lainnya (tenaga administrasi). Inovasi dapat dikembangkan dalam upaya menerapkan strategi baru peningkatan sumber daya manusia, kebijakan sekolah atau pengenalan kerja tim guru pada bidang-bidang yang spesifik.

    Dalam bahasa yang lebih eksplisit inovasi tidak selalu mengisyaratkan atau mengharuskan pembaharuan absolut. Perubahan dapat dipandang sebagai suatu inovasi apabila perubahan tersebut baru bagi seseorang, kelompok atau organisasi kelembagaan yang memperkenalkannya. 

    Kerja tim atau manajemen partisipatif yang diperkenalkan dalam suatu lembaga pendidikan juga dianggap sebagai suatu inovasi jika baru dalam lembaga tersebut, terlepas dari apakah model kerja tim tersebut pernah disosialisasikan pada lembaga lain. Dengan demikian, proses inovasi tidak selalu menuntut hal-hal yang canggih. Persepsi demikian kadang-kadang justru menghambat proses inovasi, karena selalu takut melangkah untuk berinovasi.

    Dalam proses implementasi kreativitas di sekolah, inovasi bisa bervariasi dari inovasi yang relatif ‘ringan’ hingga inovasi yang dapat merombak sistem kelembagaan sekolah yang dianggap sangat penting. Inovasi tidak harus setara dengan proses penemuan modul pembelajaran Quantum Learning misalnya. Inovasi adalah segala usaha yang menghasilkan produk, proses, prosedur yang lebih baik, atau cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal, yang diperkenalkan oleh individu, kelompok atau institusi sekolah. 

    Beberapa inovasi bisa diperkenalkan dalam waktu yang singkat (misalnya, memutuskan untuk menerapkan model Classroom Management yang baru dengan mengubah posisi duduk siswa dan guru), sementara bentuk inovasi lainnya mungkin memerlukan waktu yang cukup lama, sebagaimana diterapkan dalam pendidikan dewasa ini dengan istilah Community Based Education (Depdiknas, 2002).

    Berminat? 

    Bagi Bapak/Ibu guru yang berminat Program Kerja Kewirausahaan yang terbaru, silahkan menghubungi admin via:

    1. WhatsAp (WA) : 081997666360, atau 
    2. Klik Format Pemesanan
    Share:

    Fungsi Kreativitas, Inovatif & Jiwa Kewirausahaan dalam Organisasi di Madrasah/Sekolah.


    Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting dimiliki karena merupakan kemampuan yang sangat berguna dalam proses kehidupan manusia. Makna dan posisi kreativitas dan inovasi dinyatakan oleh Treffinger (1986) bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. 

    Sementara itu, Timpe (2000: 59) menjelaskan bahwa setiap individu kreatif dengan cara-cara dan derajat yang berbeda. Dengan demikian, setiap orang memiliki dasar kreativitas dan inovasi pada dirinya. Masalahnya adalah bagaimana cara potensi kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan riil sesuai dengan wawasan kewirausahaan dalam organisasi, khususnya di sekolah.

    Suatu karya kreatif dan inovatif sebagai hasil kreasi kepala sekolah dapat mendorong potensi kerja dan kepuasan pribadi yang tak terhingga besarnya. Dengan terobosan kreatif kepala sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengubah tantangan menjadi peluang dan untuk memajukan sekolah. 

    Hal ini menunjukkan terjadinya perwujudan diri sepenuhnya yang merupakan salah satu esensi dalam kehidupan manusia (Munandar, 1992). Menurut Maslow (1968) yang dikutip Depdiknas (2002), dalam perwujudan diri manusia kreativitas dan inovasi merupakan manifestasi dari individu yang memiliki fungsi penuh. Di sini terlihat bahwa potensi kreativitas dan inovasi penting untuk mengembangkan prestasi kerja, termasuk prestasi kerja kepala sekolah bersama warga sekolah.

    Pada masa sekarang di mana otonomi daerah tengah digalakkan, konsekuensi logis pergeseran kebijakan tersebut adalah perlunya dipersiapkan tenaga handal dalam mengelola sistem pemerintahan, termasuk sistem ketenagaan di sektor pendidikan. Disadari bahwa pola rekruitmen tenaga kependidikan di daerah masih sangat lemah dan satu di antaranya adalah kompetensi kepala sekolah. 

    Dengan demikian, apabila dikaitkan dengan fungsi kreativitas, inovasi dan kewirausahaan dalam organisasi pendidikan (calon) kepala sekolah menjadi salah satu kajian pokok dalam peningkatan aspek tersebut. Kewirausahaan berbasis kreativitas dan inovasi juga penting dipahami oleh para guru dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar yang membimbing dan mengantar anak didik ke arah pertumbuhan dan perkembangan prestasinya secara optimal. 

    Di sisi lain, kepala sekolah karena kelemahan rekuritmen kadang-kadang tidak memiliki kemampuan tersebut. Padahal, kedudukan kepala sekolah menjadi sangat sentral dan penting dalam mengoptimalkan fungsi kreativitas, inovasi dan wawasan kewirausahaan di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

    Selain makna kreativitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan perlu pula dipelajari kepentingannya dalam kehidupan di masyarakat dan di tempat kerja. Kreativitas yang merupakan pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu dan organisasi. 

    Semiawan (1997) menguraikan konsep Treffinger (1986) bahwa ada empat alasan penting mengapa seseorang (termasuk kepala sekolah) perlu belajar menjadi lebih kreatif, yaitu: 1) belajar kreatif membantu seseorang (kepala sekolah) menjadi lebih berhasil guna dalam melakukan pekerjaan; 2) belajar kreatif menciptakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu diramalkan yang timbul di masa kini dan di masa depan; 3) belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang; 4) belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan ide, cara dan hasil yang baru, unik dan bermanfaat.

    Berminat? 

    Bagi Bapak/Ibu guru yang berminat Program Kerja Kewirausahaan yang terbaru, silahkan menghubungi admin via:

    1. WhatsAp (WA) : 081997666360, atau 
    2. Klik Format Pemesanan
    Share:

    Hakikat Program Kerja Kewirausahaan Tahun 2020.


    Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan juga pada setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif. 

    Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses. Inti kewirausahaan menurut Drucker (1959) yang dikutip oleh Alma (2006) adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.

    Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki lima ciri yakni: 1) penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggung jawab; 2) memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; 3) memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; 4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan 5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.

    Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya tantangan dalam berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menghasilkan nilai tambah dari apa yang diusahakan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap kewirausahaan.

    Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha. 

    Kepala sekolah tersebut adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan dan dinamika kegiatan di lembaganya. Sampai pada tataran tertentu keberhasilan seorang wirausaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri.

    Seorang wirausaha ikhlas belajar banyak tentang diri sendiri jika bermaksud mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam kehidupannya. Kekuatan seorang wirausaha datang dari dirinya sendiri dan bukan dari tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu mengintip, wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakannya. 

    Kegagalan diterima sebagai pengalaman yang terbaik dalam belajar. Beberapa wirausaha dapat mencapai tujuan yang diinginkan setelah mengalami rintangan dan kegagalan. Belajar dari pengalaman akan membantu wirausaha menyalurkan kegiatan untuk mencapai hasil yang lebih produktif dan positif, sehingga keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah.

    Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih. 

    Menurut McClelland, terdapat sembilan ciri wirausahawan, yaitu: 1) keinginan untuk berprestasi, 2) bertanggung jawab, 3) preferensi kepada risiko menengah, 4) persepsi pada kemungkinan berhasil, 5) rangsangan oleh umpan balik, 6) enerjik dalam beraktivitas, 7) berorientasi ke masa depan, 8) terampil dalam pengorganisasian, dan 9) sikap positif terhadap uang (dalam Depdiknas, 2002).

    Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, di mana dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang berbeda, lebih baik dan bermanfaat dalam mengerjakan pekerjaan. 

    Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya untuk memajukan sekolah. Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. 

    Bagi kepala sekolah yang realistik, hasil yang dapat diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik.

    Pada umumnya, setiap orang termasuk kepala sekolah memiliki pengalaman masa lampau yang bervariasi. Pengalaman dan pengetahuan masa lampau kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha biasanya unik dan kadang-kadang tidak dimiliki orang lain. 

    Namun, kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha juga memiliki kemauan untuk meniru dan mengkiblat pada keberhasilan kepala sekolah lain yang lebih berhasil mengelola sekolah. Model meniru dan mengikuti peran kepala sekolah lain yang berhasil mengembangkan sekolah dengan prinsip kewirausahaan menghasilkan sosok wirausaha yang memiliki keterampilan mengelola sekolah.

    Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan ke dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik berarti tujuannya disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki. 

    Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-masing aspek atau dimensi. 

    Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan menjadi program dan subprogram yang lebih memudahkan implementasinya dalam pengembangan sekolah.


    Berminat? 

    Bagi Bapak/Ibu guru yang berminat Program Kerja Kewirausahaan yang terbaru, silahkan menghubungi admin via:

    1. WhatsAp (WA) : 081997666360, atau 
    2. Klik Format Pemesanan
    Demikian, semoga bisa menambah wawasan kita tentang hakikat program kerja Kewirausahaan Tahun 2020.
    Share:

    Contoh Program Kerja Kewirausahaan Tingkat MTs/SMP dan MA/SMA/SMK.


    Pada kesempatan ini kami berbagi Contoh Program Kerja Kewirausahaan Tingkat MTs/SMP dan MA/SMA/SMK.

    Perubahan yang terjadi secara multidimensional dalam dunia pendidikan mensyaratkan kemampuan kepala sekolah yang handal untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal. Pengetahuan dan keterampilan yang pernah diserap kepala sekolah ketika mengikuti pendidikan dan latihan seringkali dianggap terbatas dan kurang sesuai dengan tuntutan persyaratan pekerjaannya saat ini. 

    Oleh karena itu, calon/kepala sekolah perlu selalu melakukan pembelajaran agar dapat mengikuti dinamika perkembangan IPTEKS dan dunia pendidikan, serta peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

    Beberapa peraturan seperti PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Kepmen Nomor 162 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, dan PP Nomor 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan pasal 20 ayat (4) pada intinya menyebutkan bahwa tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja mengelola satuan pendidikan dipersiapkan melalui pendidikan khusus. 

    Meskipun di dalam PP tersebut tidak disebutkan tentang pendidikan khusus kewirausahaan bagi calon/kepala sekolah, namun di sini ada komitmen kuat dari pemerintah untuk mempersiapkan, secara khusus, pendidikan dan latihan bagi pengelola satuan pendidikan. 

    Pendidikan khusus yang bermuatan kewirausahaan bagi para calon/kepala sekolah diperlukan agar nantinya mereka dapat lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya dan aset yang dimiliki dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan warga sekolah yang dipimpinnya.

    Kelemahan manajemen kewirausahaan lembaga pendidikan kita saat ini sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan pengelola menjalankan fungsinya secara profesional. 

    Efek lanjutan dari kelemahan sistem manajemen kewirausahaan yang berkepanjangan adalah semakin tertinggalnya kemajuan pendidikan kewirausahaan dilihat dari sudut kemajuan di sektor ekonomi, industri dan perdagangan. Sentuhan kreativitas dan inovasi dalam berbagai bidang pendidikan kewirausahaan seperti kurikulum, sarana dan prasarana, pola pendidikan kepada anak didik, dan sebagainya tidak akan banyak manfaatnya tanpa kemampuan wirausaha yang memadai dari para pengelolanya.

    Pengembangan kewirausahaan berbasis kreativitas dan inovasi ini bertujuan untuk membekali calon/kepala sekolah dengan wawasan kewirausahaan dalam menjalankan tugasnya, khususnya dalam mempersiapkan “sekolah mandiri” yang menjadi roh dari otonomi sekolah. 

    Oleh karena itu, pemahaman komprehensif dan aplikatif tentang kompetensi kewirausahaan sangat penting diberikan bagi peserta dalam pelatihan calon/kepala sekolah. Pada akhirnya, diharapkan supaya perumusan dan implementasi kebijakan atau keputusan kepala sekolah dapat dikembangkan secara kreatif dan inovatif untuk mendukung penanaman jiwa kewirausahaan bagi semua warga sekolah.

      Bagi Bapak/Ibu guru yang berminat filenya yang lengkap, silahkan melihat...Cara Mendapatkan File dan Ketentuannya.

      Demikian, semoga bermanfaat.
      Share:

      Hari/Tanggal

      ALIH BAHASA

      Daftar Isi