Pada kesempatan ini, kami berbagi Pengertian Pendidikan Abad ke-21. Ini merupakan menurut paradigma pendidikan Indonesia abad 21.
SEGMEN 1
Pendahuluan
Permulaan Abad 21 ditandai dengan bergantinya tahun dari tahun 2000 menuju tahun 2001, yang disebut dengan Millenium ke 3 menurut kalender Gregorian, meskipun di banyak pendapat mempertanyakan dan mempertentangkan sistem penghitungan Abad ke 21 tersebut, karena menurut sebagian pendapat mengatakan bahwa terlalu cepat mengkalin tahun 2000an disebut sebagai abad 21, dan menurut pendapat yang lain hal ini disebabkan karena orang zaman dulu tidak mengenal sistem penghitungan dengan angka 0, sehingga tahun abad pertama dimulai dari tahun 1.
Banyak hal yang kemudian berubah di abad 21 ini, percepatan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem komunikasi seperti mudahnya akses internet menjadi salah satu ciri abad 21, dunia seakan-akan menjadi kecil dan berada dalam genggaman, apa yang terjadi di ujung dunia sana, akan dengan mudah diketahui oleh orang yang berada di ujung dunia yang lain, dalam waktu yang bersamaan, berbagai teknologi canggih yang pada intinya untuk mempermudah segala macam urusan manusia ditemukan, dikembangkan, dibuat dan dipakai oleh banyak orang dengan biaya yang sangat terjangkau.
Namun di sisi yang berbeda, perubahan zaman menjadi abad 21 ini, juga secara nyata membawa dampak yang tidak sedikit, baik dampak terhadap fisik maupun dampak terhadap cara hidup, gaya hidup dan psikologis masyarakat modern. Dampak secara fisik, bisa berupa polusi akibat munculnya banyak pabrik yang memproduksi barang industri modern tersebut, polusi yang berkelanjutan justru akan berakibat kepada munculnya varian penyakit baru yang sebelumnya belum pernah ditemukan, seperti kanker dengan segala macam turunannya, tomur, dan sebagainya, dampak psikologis dapat diungkapkan dengan munculnya kebiasaan konsumtif dan ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi, seperti kebutuhan terhadap listrik, komputer, dan alat-alat teknologi canggih lainnya.
Abad ke-21 dimulai dari tahun 2001, karena hitungan tahun semenjak ditemukannya kalender masehi, awal pada awal mula ditemukannya tahun seharusnya ada pada tahun nol, dan ulang tahun pertama harusnya ada pada tahun 1, makanya masuk tahun 2001 disebut sebagai abad ke – 21. Dengan demikian tahun 2014 ini sudah merupakan dasawarsa ke-2 pada abad ke – 21; karena dasawarsa ke-1 sudah berlalu, yakni 2000 – 2009. Abad ke – 21 ini disebut dengan milenium ke-3 kalender Gregorian.
Filosofis yang dianut dalam abad ke – 21 ini adalah postmodernisme, globalisasi, pragmatisme, progersivisme, dan idealisme.
Teoritisnya yang ada dalam pelaksanaan pendidikan di abad ke – 21 ini adalah teori pembelajaran kognitivisme, humanistik dan teori belajar Ausubel. Teori kognitivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu berasal dari stimulus dan respons tetapi dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Teori belajar Ausubel yakni berupa meaningful learning. Menurut Ausubel faktor yang paling penting mempengaruhi siswa belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa.
Praksisnya adalah Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), UU No. 30 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dan Kurikulum 2013,.
Praktisnya adalah maraknya sekolah berbasis keterampilan dan pembelajaran berbasis teknologi.
SEGMEN 2
Ringkasan
Abad ke-21 dimulai dari tahun 2001, karena hitungan tahun semenjak ditemukannya kalender masehi, awal pada awal mula ditemukannya tahun seharusnya ada pada tahun nol, dan ulang tahun pertama harusnya ada pada tahun 1, makanya masuk tahun 2001 disebut sebagai abad ke – 21. Dengan demikian tahun 2014 ini sudah merupakan dasawarsa ke-2 pada abad ke – 21; karena dasawarsa ke-1 sudah berlalu, yakni 2000 – 2009. Abad ke – 21 ini disebut dengan milenium ke-3 kalender Gregorian.
Filosofis yang dianut dalam abad ke – 21 ini adalah postmodernisme, globalisasi, pragmatisme, progersivisme, dan idealisme.
Teoritisnya yang ada dalam pelaksanaan pendidikan di abad ke – 21 ini adalah teori pembelajaran kognitivisme, humanistik dan teori belajar Ausubel. Teori kognitivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu berasal dari stimulus dan respons tetapi dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Teori belajar Ausubel yakni berupa meaningful learning. Menurut Ausubel faktor yang paling penting mempengaruhi siswa belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa.
Praksisnya adalah Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), UU No. 30 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dan Kurikulum 2013,.
Praktisnya adalah maraknya sekolah berbasis keterampilan dan pembelajaran berbasis teknologi.
Next....SEGMEN 3 DAN 4
DAFTAR PUSTAKA
- Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah dasar. Dari sentralisasi menuju desentralisasi. Jakarta : bumi aksara.
- Chan, Sam M dan Sam, Tuti T. 2005. Analisis SWOT; Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
- Dantes, Nyoman. 2007. Perspektif dan Kebijakan Pendidikan Menghadapi Tantangan Global. Suatu Keharusan Peningkatan Profesionalisme Guru. (Makalah : Disampaikan dalam Seminar Peningkatan Mutu dan Profesionalisme Guru SMK Negeri 1 Denpasar)
- Haryatmoko, 2008, Menuju Orientasi Pendidikan Humanis dan Kritis, dalam buku Menemukan Kembali Kebangsaan dan Kebangsaan, Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika.
- Kartini Kartono, 1997, Tujuan Pendidikan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Pradnya Paramita.
- Lasmawan, Wayan. 2004. Buku Ajar. Guru dan Otonomi Pendidikan. IKIP Negeri Singaraja.
- ——-. 2005. Buku Ajar. Pendidikan dalam Konteks globalisasi. IKIP Negeri Singaraja.
- Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Rianti Nugroho, 2008, Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi,dan Strategi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
- Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia. Belajar Dari Paulo freire dan Ki Hajar Dewantara. Jakarta : Ar-Ruzz Media
No comments:
Post a Comment
Jangan nyepam ya!