Situs Kampung KB dan Pendidikan Indonesia

Selamat datang di situs Kampung KB "Tumbuh Jaya" Desa Tumbuh Mulia Kecamatan Suralaga Lombok Timur NTB. Situs ini berisi 8 pokja Kampung KB seperti Pokja Pendidikan, Keagamaan, Sosial dan Budaya, Ekonomi, Kesehatan Refreduksi, Lingkungan, Perlindungan dan Kasih Sayang. Selain itu juga, berisi tentang administrasi pendidikan seperti Ruang Guru, Materi K13, Aplikasi K13, Program Kerja, Soal Ujian, Artikel Islam, Hiburan dan Katagori yang meliputi pertanian, peternakan dan perikanan. Semoga situs ini bermanfaat dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat menuju Indonesia sejahtera.
  • Arsip Kampung KB Tumbuh Jaya

    Photo Bersama Pengurus Kampung KB Tumbuh Jaya

  • Lomba Kampung BK

    Dokumentasi penyerahan hadiah juara 1 lomba Kampung KB sekabupaten Lombok Timur di Joben Desa Pesanggarahan kecamatan Montong Gading (Sabtu, 22 Juni 2019).

  • Dokumentasi penyerahan hadiah juara 1 lomba Kampung KB sekabupaten Lombok Timur di Joben Desa Pesanggarahan kecamatan Montong Gading (Sabtu, 22 Juni 2019).

Kultum Ramadhan Tentang Puasa Ramadhan Sebagai Sarana Menuju Taqwa.

Selamat datang di blog Kampung KB "Tumbuh Jaya", pada kesempatan ini kami berbagi Kultum Ramadhan Tentang Cara Menumbuhkan Rasa Khusyu Dalam Shalat.

Kultum ini sangat cocok sekali digunakan pada bulan suci Ramadhan sebagai kajian Islam sebelum atau sesudah melaksanakan sholat tarawih dan sesudah sholat shubuh. 

Tujuannya yaitu sebagai refrensi kultum pada bulan suci Ramadhan yang sangat praktis dan simple bagi para santri dan santriwati.



Berikut contoh kultum Ramadhan versi Kampung KB "Tumbuh Jaya" yang berjudul,
Puasa Ramadhan Sebagai Sarana Menuju Taqwa
Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia.

Sebuah nikmat yang sangat besar adalah kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bernafas di bulan Ramadhan ini. Sehingga kita bisa melaksanakan aktifitas-aktifitas yang bernilai ibadah, khususnya puasa. Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia.

Umat Islam di seluruh dunia kembali menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kalau kita perhatikan, di bulan ini ada tiga terminologi agama yang sering muncul dibicarakan baik oleh kalangan ulama, ustadz, kyai dalam pengajian-pengajian, ataupun masyarakat kebanyakan. Ketiga terminologi itu adalah Al Quran, puasa (shaum) dan taqwa.

Mengapa ketiga terminologi itu sering muncul dalam berbagai kajian Ramadhan? Tidak bisa dipungkiri bahwa ketiga term ini mempunyai hubungan yang saling mendukung satu sama lain. Bukankah Al Quran sebagai firman Tuhan jelas diturunkan pada bulan puasa? Sementara berpuasa diwajibkan karena ada firman Tuhan dalam Al Quran? Adapun terminologi ketiga “taqwa atau bertaqwa” adalah esensi dan tujuan utama diwajibkannya kaum beriman untuk berpuasa, yang oleh Allah disebut pada akhir ayat tentang perintah berpuasa: “agar kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa”.

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia

Oleh karena itu, dapat kita ketahui bahwa salah satu hikmah dari puasa Ramadhan adalah dapat mengantarkan umat menuju taqwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 183:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,”

Kata taqwa ( التَقْوَى ) berasal dari Wiqoyah ( الوِقَايَة ) yaitu kalimat yang menunjukkan penolakan terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu.

Maka, taqwa seorang hamba kepada Robbnya berarti menjadikan penghalang antara dia dengan apa yang ditakuti dari Robbnya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaanNya yaitu dengan cara menta'atiNya dan menjauhi maksiat kepadaNya.

Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada, takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Secara istilah, definisi taqwa sebagaimana yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ “

Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”

Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa beribadah, bermuamalah, bergaul, mengerjakan kebaikan karena ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Ta’ala. Demikian juga orang bertaqwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, karena ia teringat dalil yang mengancam dengan adzab yang mengerikan. Sehingga orang yang bisa melakukan hal tersebut akan dimuliakan di sisi Allah.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “

Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian” (QS. Al Hujurat: 13)

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia

Dalam ayat 2-4 Surat al-Baqoroh, Allah menyebutkan tentang cirri-ciri orang yang bertaqwa:

Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Kalau dikaitkan dengan pengertian taqwa dari ayat tersebut, maka ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa menurut al-Quran adalah sebagai berikut:

Pertama, ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Nampaknya Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan agar orang-orang yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban adalah Allah itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu berbuat baik. 

Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib “Tuhan” dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang tidak dilihat orang bisa saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.

Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah seperti shalat malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar ramadhan.

Karakteristik ketiga disebut orang bertaqwa adalah orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah. Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran sosial menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan.

Keempat, disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan agar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Quran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib.

Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan karakter pertama orang disebut taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari akhirat dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik, dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian.

hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang dimulyakan oleh Allah

Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:

1. Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’

2. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya

3. Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi

4. Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa

5. Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa.

Jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah

Oleh karena itu, marilah kita di bulan Ramadhan ini berusaha untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah. Karena hanya dengan puasa saja tanpa ada usaha kita menuju ke ketaqwaan juga tidak akan bisa. misalnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah keluar bulan Ramadhan ibadah kita kembali seperti semula atau bolong-bolong.

Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala.

Demikian, wassalamu'alaikum. wr.wb.
Share:

Kultum Ramadhan Tentang Puasa Dalam Perspektif Islam.

Selamat datang di blog Kampung KB "Tumbuh Jaya", pada kesempatan ini kami berbagi Kultum Ramadhan Tentang PUASA DALAM PERSPEKTIF ISLAM.


Kultum ini sangat cocok sekali digunakan pada bulan suci Ramadhan sebagai kajian Islam sebelum atau sesudah melaksanakan sholat tarawih dan sesudah sholat shubuh. 

Tujuannya yaitu sebagai refrensi kultum pada bulan suci Ramadhan yang sangat praktis dan simple bagi para santri dan santriwati.

Berikut contoh kultum Ramadhan versi Kampung KB "Tumbuh Jaya" yang berjudul,
PUASA DALAM PERSPEKTIF ISLAM 
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan , marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan ”. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.

Jamaah Tarwih yang berbahagia …

Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan, memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT.

Al-qur’an menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak bergerak”. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun aktifitas itu – dinamai shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (shiyam) hanya digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari”.

Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT…

Namun Al-Qur’an menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan makan, minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs. Maryam 19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh, hati, dan pikiran dari melakukan segala macam dosa.

Hakikat shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena itupula puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10


قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Yang artinya:

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

  • Puasa wajib sebulan ramadhan.
  • Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
  • Puasa Sunnat.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Uraian Al-Qur’an tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10 Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Yang Artinya:

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeritempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT…

Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra “wahai orang-orang yang beriman,….” dimaksudkan agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni “agar kamu bertaqwa atau terhindar dari siksa api neraka”;

Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga “barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan” maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain. “sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin”.

Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi “Allah menghendaki kemudahan untuk kamu bukan kesulitan”.

Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri dapat dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, “sempurnakanlah puasa itu sampai malam”.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan, la’allakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di dalam hadis Nabi, yang artinya “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.

Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa’ali, yaiut makan, minum, dan hububgab suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan oleh Allah SWT.

Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa mengasah dan mengasuh manusia agar memiliki sifat sabar dan jujur.

Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran.

Demikian, semoga bermanfaat.

Share:

Cara Membuat Es Blewah yang Enak dan Lezat.

Selamat datang di blog Kampung KB "Tumbuh Jaya", semoga puasa kita lancar sampai berbuka. 

Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, kami berbagi ta'jil Ramadhan tentang Cara Membuat Es Blewah yang Enak dan Lezat. Ta'jil ini cocok sekali dihidangkan disaat berbuka.


Blewah bisa dibilang salah satu buah yang menjadi ciri khas bulan Ramadhan. Bersamaan dengan tibanya bulan puasa, maka pedagang buah blewah pun mulai muncul di pasar, bahkan di sepanjang jalan yang kira-kira ramai dilewati orang pulang kantor.

Aroma harum buah blewah yang diserut memang bisa menggugah selera saat berbuka puasa. Sayangnya rasa dari buah blewah tidak semenarik aromanya, hampir tidak ada rasa. 

Untuk itu saat membuat resep es blewah, sebaiknya menambahkan gula pasir dan sirup cocopandan atau sirup lain yang sesuai dengan selera anda ke dalam resep untuk memberikan rasa manis.

Resep Es Blewah :
  1. Persiapan 10 Menit
  2. Waktu Memasak 10 Menit
  3. Waktu Total 20 Menit

Bahan-bahan :
  • 250 gr blewah, kerok memanjang
  • 250 gr sari kelapa
  • 100 gr kolang-kaling, iris tipis
  • 100 gr gula pasir
  • 100 ml air
  • 500 gr es serut
  • 10 sdm sirup cocopandan

Cara Membuat :
  1. Siapkan gelas saji, tata blewah, sari kelapa, kolang kaling. Tutup dengan es serut dan sirup merah.
  2. Sajikan segera
Demikian, semoga bermanfaat.
Share:

Cara Membuat Bubur Ketan Hitam yang Enak dan Lezat.

Selamat datang di blog Kampung KB "Tumbuh Jaya", semoga puasa kita lancar sampai berbuka. 

Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, kami berbagi ta'jil Ramadhan tentang Cara Membuat Bubur Ketan Hitam yang Enak dan Lezat. Ta'jil ini cocok sekali dihidangkan disaat berbuka.



Bubur ketan hitam mempunyai rasa yang gurih dan menyegarkan karena disajikan dalam keadaan dingin. Apalagi cuaca saat itu sedang panas-panasnya, sehingga cukup melegakan tenggorokan. 

Namun dalam hal penyajian, resep bubur ketan hitam ini tidak harus selalu tersaji dingin, dalam keadaan panas juga sama nikmatnya. 

Semuanya bisa disesuaikan dengan selera dan kondisi cuaca pada saat membuat. Selain itu anda juga juga bisa memberikan variasi pada bubur dengan menambahkan potongan buah nangka atau pisang. Selamat berkreasi.

Resep Bubur Ketan Hitam :
  • Persiapan 120 Menit
  • Waktu Memasak 10 Menit
  • Waktu Total 2 Jam 10 Menit

Bahan Bubur :
  • 100 gram beras ketan hitam, rendam selama lebih kurang 2 jam, tiriskan.
  • 2 liter air putih.
  • ½ sdt garam dan gula pasir secukupnya.
  • 2 lembar daun pandan, diikat simpul.

Bahan Saus Santan :
  • 200 ml santan kental dari 1 butir kelapa diparut. (kurang/lebih tergantung selera).
  • 2 lembar daun pandan, diikat simpul.
  • Garam secukupnya.

Cara Membuat :
  1. Rebus semua bahan yang sudah disiapkan untuk membuat bubur, kecuali gula pasir, masak sambil diaduk sampai setengah matang dan mengental.
  2. Tambahkan gula pasir, masak sambil diaduk sampai matang dan mengental, angkat.
  3. Rebus semua bahan yang sudah disiapkan untuk membuat kuah santan sambil diaduk sampai mendidih, matikan api kompornya.
  4. Letakkan bubur ketan hitam ke dalam mangkuk saji.
  5. Siram dengan kuah santan, bubur ketan hitam yang sederhana tapi enak siap dihidangkan.
Share:

Cara Membuat Es Durian yang Enak dan Lezat.

Selamat datang di blog Kampung KB "Tumbuh Jaya", semoga puasa kita lancar sampai berbuka. 

Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, kami berbagi ta'jil Ramadhan tentang Cara Membuat Es Durian yang Enak dan Lezat. Ta'jil ini cocok sekali dihidangkan disaat berbuka.



Bagi anda pecinta durian, anda dapat mencoba makanan berikut ini. Ya, ini adalah resep es durian di mana bahan utamanya tentu saja durian. 

Durian lebih enak bila memakai durian montong karena selain dagingnya tebal, rasanya juga manis. 

Tapi hati-hati bagi anda yang sudah berumur atau yang memiliki penyakit kolesterol karena durian ini dapat menimbulkan efek buruk pada jantung bila dikonsumsi secara berlebihan. Berikut resep es durian.

Resep Es Durian :
  1. Persiapan 5 Menit
  2. Waktu Memasak 5 Menit
  3. Waktu Total 10 Menit
Bahan-bahan :
  • 3 mata daging durian matang
  • 100 gram kelapa muda serut
  • 3 buah markisa
  • 300 gram es serut
  • 100 ml santan kental matang
  • 5 sdm sirop vanilla
  • Gula pasir secukupnya
Cara Membuat :
  1. Rebus santan dan gula hingga mendidih lalu dinginkan.
  2. Siapkan gelas saji, letakkan dan susun durian, kelapa muda, dan markisa.
  3. Siram atasnya dengan santan, sirop vanilla, dan es serut.
  4. Sajikan segera.
Demikian, semoga bermanfaat.
Share:

Keutamaan Sholat Tarawih Selama 30 Malam.

Marhaban ya Ramadahan, pada kesempatan ini kami berbagi artikel kajian Ramadhan tentang Keutamaan Sholat Tarawih Selama 30 Malam.

Tujuannya supaya kita bersemangat dalam melaksanakan sholat tarawih setiap malam.


Dalam kitab Durratun Nasihin disebutkan berbagai fadhilahnya sebagaimana yang diceritakan dalam sebuah hadits. 

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra. bahwasannya Rasulullah saw pernah ditanya seseorang mengenai fadhilah shalat tarawih di bulan Ramadhan, maka beliau berkata “ fadhilah sholat tarawih sebagai berikut:

Malam 1 : membebaskan seorang mu’min dari dosanya seperti ketika ia baru dilahirkan ibunya.

Malam 2 : diampunkan dosa kedua ibu-bapaknya, jika keduanya beriman.

Malam 3 : berseru malaikat dari bawah ‘arasy “mulailah beramal, Allah telah menghapus dosa-dosa yang terdahulu”.

Malam 4 : baginya pahala seperti membaca semua kitab Allah (taurat, injil, zabur dan alqur’an)

Malam 5 : Allah berikan padanya pahala shalat di Masjidil Haram, Masjid Madinah dan Masjidil aqsha.

Malam 6 : Allah berikan padanya pahala orang yang thawaf di baitul ma’mur seraya memohonkan ampun untuknya segala batu dan lumpur.

Malam 7 : seolah baginya hidup di zaman nabi Musa dan turut berperang melawan Fir’aun dan Hamman.

Malam 8 : Allah berikan kepadanya apa-apa yang diberikan kepada nabi Ibrahim as.

Malam 9 : seolah-olah ia menyembah Allah swt seperti kelasnya ibadah Rasulullah saw.

Malam 10 : Allah berikan rizqi kepadanya berupa kebaikan dunia dan akhirat.

Malam 11 : akan keluar dari dunia (mati) seperti hari ketika dilahirkan ibunya.

Malam 12 : wajahnya seperti bulan tanggal empat belas di hari kiyamat nanti.

Malam 13 : aman dai segala keburukan di hari kiyamat nanti

Malam 14 : dibebaskan dari pemeriksaan di hari kiyamat atas dasar persaksian malaikat atas shalat tarawihnya.

Malam 15 : memintakan ampun untuknya semua malaikat pemikul ‘arasy dan kursi.

Malam 16 : Allah swt menuliskan untuknya keselamatan dari neraka, dan kebebasan memasuki surga.

Malam 17 : diberikan kepadanya pahala Nabi-Nabi.

Malam 18 : berserulah seorang malaikat “wahai hamba, Allah telah ridha kepadamu dan kedua orang tuamu”

Malam 19 : Allah swt mengangkat derajatnya di surga firdaus.

Malam 20 : diberikan kepadanya pahala orang-orang yang mati syahid dan para shalihin.

Malam 21 : Allah swt buatkan rumah di surga dari cahaya.

Malam 22 : terbebaskan dari duka-cita ketika di hari kiyamat nanti.

Malam 23 : Allah swt buatkan kota di dalam surga

Malam 24 : ada 24 doa yang mustajabah baginya.

Malam 25 : Allah swt bebaskan darinya siksa kubur.

Malam 26 : Allah swt angkatkan dosanya selama empat puluh tahun.

Malam 27 : melewati shirath di hari kiyamat nanti secepat kilat.

Malam 28 : Allah swt angkatkan baginya seribu derajat di dalam surga.

Malam 29 : Allah swt berikan padanya pahala seribu haji yang diterima.

Malam 30 : Allah swt berkata padanya “Wahai hambaku makanlah oleh buah-buahan surga, dan mandilah dari air (surga) salsabila, dan minumlah dari air telaga (surga) al-Kautsar, Aku tuhanmu dan Engkau adalah hambaku.

Sesungguhnya fadhilah yang tersimpan dalam setiap shalat tarawih. Perbedaan fadhilah pada masing-masing malam ini menunjukkan betapa tarawih adalah suatu momentum yang tidak mungkin berulang kembali. Siapa melewatkan satu malam, berarti telah kehilangan satu fadhilah. Dan itu akan di dapatnya kembali pada tahun berikutnya, kalaupun dia masih hidup.

Demikian, semoga bermanfaat.
Share:

Hukum Shalat Tarawih Secara Berjamaah Menurut Ahli Fikih.

Marhaban ya Ramadahan, pada kesempatan ini kami berbagi artikel kajian Ramadhan tentang Hukum Shalat Tarawih Secara Berjamaah Menurut Ahli Fikih.

Tujuannya supaya kita mengetahui hukum Shalat Tarawih yang sering kita kerjakan pada malam bulan Ramadhan.


Hukum Shalat Tarawih Secara Berjamaah Menurut Ahli Fikih

Para ulama fikih sepakat atas disyariatkannya berjama’ah dalam Shalat tarawih. Berdasarkan pada perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat semenjak masa Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bahkan masih terus diamalkan oleh kaum muslimin sampai saat ini.

A. SUNNAH ‘ALAL KIFAYAH
Ahli fikih Hanafiyah berpendapat, yang benar berjama’ah dalam shalat tarawih hukumnya adalah sunnah ‘alal kifayah.

Jika seluruhnya meninggalkan maka berdosa, jika salah seorang menyelisihi kaum muslimin untuk shalat sendirian di rumah maka ia kehilangan fadhilah. Jika dilaksanakan di rumah dengan berjama’ah maka mereka tidak mendapatkan fadhilah berjama’ah di masjid. (Hasyiyah Ibn ‘Abidin, 1/473-476)

B. MUSTAHAB
Ahli fikih Malikiyah berpendapat, berjama’ah dalam shalat tarawih hukumnya mustahab(dianjurkan), dan diperintahkan menegakkannya di rumah, hal ini didasarkan pada hadits Abu Dzar. (Syarh Al-Kabir, Hasyiyah Ad-Dasuki, 1/315, Syarh Az-Zarqani ‘ala Al-Muwatta’ li Malik, 1/283)

C. SUNNAH
Ahli fikih Syafi’iyah berpendapat, berjama’ah dalam shalat tarawih adalah sunnah, lebih afdhal daripada ditegakkan sendirian. (Al-Majmu’, 3/528, Syarh Al-Muhalla, 1/217,218, Mughni Al-Muhtaj, 1/226)

Ahli fikih Hanabilah berpendapat, shalat tarawih berjama’ah lebih afdhal daripada menegakkannya sendiri-sendiri. Imam Ahmad berkata, biasanya Ali, Jabir, dan ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhum shalat tarawih berjama’ah, tapi jika berudzur untuk berjama’ah mereka shalat sendiri-sendiri. (Kasyaaf Al-Qana’, 1/425, Al-Mughni, 2/196)

Mengenai berjama’ah dalam shalat witir setelah shalat tarawih hukumnya dianjurkan menurut Hanafiyah, Syafi’iyah. Dan Sunnah menurut Hanabilah. (Hasyiyah Ibn ‘Abidin, 1/371, Mughni Al-Muhtaj, 1/223, Syarh Muntaha Al-Iradaat, 1/224) [M. Shodiq/dakwah.id]

Demikian, semoga bermanfaat.
Share:

Hari/Tanggal

ALIH BAHASA

Daftar Isi